RSS

edisi pewarna makanan

Edisi kali ini ingin mengajak masyarakat untuk mengenal lebih dalam tentang zat aditif makanan berbahaya yang beberapa waktu yang lalu marak beredar dipasaran. Pastinya masyarakat sendiri suda cukup familiar dengan istilah ini.Memang pada dasarnya seluruh lapisan masyarakat Indonesia, ntah desa,kota, kaya maupun miskin semua telah menggunakan yang namanya zat aditif makanan.

Secara ilmiah, zat aditif makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan bisa berupa:pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan,pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal. Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya. Dan kedua, (b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.

Bdasar sumbernya dibedakan menjadi (a) alamiah,misalnya lesitin, asam sitrat, (b) sintesis,misalnya karoten, asam askorbat. Bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Tapi ada kelemahannya juga, yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, kadang-kadang bersifat karsinogen yg bisa merangsang terjadi kanker pada hewan dan manusia.

Zat aditif yg sering ditambahkan ke dalam pengolahan pun bermacam-macam. Salah satunya adalah pewarna. Makanan yg warna-warni menjadi daya tarik di kalangan anak-anak. Mereka tidak peduli bagaimana rasa makanan or minuman yang ingin dibeli. Kadang, aroma yg wangi, rasa yg lezat, & tekstur yg lembut bisa diabaikan kalo warna dari makanan itu tidak menarik. Nah, waspada buat ibu-ibu yang punya anak kecil dirumah, he..he..

Apa sih bahan pewarna makanan itu?



Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan maupun dilarang) diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan makanan.

Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Umumnya, pigmen-pigmen ini bersifat tidak cukup stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu. Walau begitu, pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.

Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu :
Warna kuning : tartrazin, sunset yellow
Warna merah : allura, eritrosin, amaranth.
Warna biru : biru berlian

Kelebihan pewarna buatan adalah bisa menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi or pemudaran ketika diolah dan disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses penggorengan.


Apakah bahan pewarna buatan berbahaya bagi kesehatan ?


Bahan perwarna membahayakan kesehatan bila pewarna buatan ditambahkan dalam jumlah berlebih pada makanan, atau dalam jumlah kecil tapi dikonsumsi terus-menerus dalam jangka waktu lama. Perlu diperhatikan bahwa pada saat ini banyak pengusaha nakal yang menggunakan zat-zat pewarna berbahaya yaitu zat pewarna bukan untuk makanan (non food grade). Misalnya, pemakaian zat pewarna tekstil atau kulit. Selain itu, terjadi juga penggunaan bahan pewarna buatan dengan dosis tidak tepat. Hal-hal kayak gini yg bisa membahayakan kesehatan tubuh.

Penelitian yg diterbitkan “The Lancet”, baru-baru ini menyatakan Perilaku hiperaktif pada anak-anak ternyata terkait dengan pewarna makanan dan pengawet sodium benzoat. Dampak zat-zat tersebut sangat luas, kata para peneliti. Mereka menyarankan para orangtua mengatur makanan anak-anak mereka, karena langkah itu ternyata cara mudah untuk menangani perilaku hiperaktif.

Para peneliti di Universitas Southampton, Inggris selatan, merekrut 153 balita berumur tiga tahun dan 144 anak-anak berumur delapan atau sembilan tahun. Keduanya dibagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok diberi juice buah biasa dan yang lain diberi minuman yang rasa dan tampaknya sama dengan juice itu, padahal mengandung pengawet. Kedua minuman itu dipasok ke para orangtua dalam botol serupa tanpa keterangan apapun dan tersegel. Kelompok “pengawet” dibagi ke dalam dua grup. Satu grup diberi “Campuran A,” minuman yang mengandung pewarna buatan yang biasa ada dalam permen ukuran dua kantong 56 gram. Grup lainnya diberi “Campuran B”, dengan tingkat pewarna yang lebih tinggi, setara empat kantong permen itu. Kedua minuman campuran itu punya takaran sodium benzoat yang sama. Sebelum percobaan selama enam pekan itu dilakukan, para peneliti minta orangtua dan guru menilai anak-anak mereka dalam segi overaktif, impulsif dan perilaku kurang memerhatikan, yang semuanya adalah ciri-ciri hiperaktif.

Penilaian juga dilakukan oleh para pengamat terlatih (bahkan oleh para sarjana psikologi), yang duduk di kelas dan mencatat perilaku masing-masing anak, sesuai ukuran-ukuran yang berlaku secara internasional. Selama sepekan pertama pecobaan, anak-anak menerima makanan biasa. Setelah itu, semua permen-permen dan minuman yang menggunakan pengawet tidak lagi diberikan, lalu para orangtua diminta menggantinya dengan minuman percobaan dalam botol tersebut.

Takaran minuman yang diberikan kepada anak-anak itu disesuaikan dengan takaran pewarna pada makanan mereka sehari-hari. Para orangtua tidak tahu manakah Campuran A, Campuran B atau juice asli. Enam pekan kemudian, anak-anak itu kembali dinilai tingkat hiperaktifnya. Campuran A memberi efek yang “merugikan secara signifikan” kepada balita usia tiga tahun, meski Campuran B tidak berpengaruh terhadap kelompok itu. Pada kelompok usia 8-9 tahun, Campuran A maupun Campuran B punya efek yang kuat.

“Secara keseluruhan, anak-anak yang diberi minuman campuran, maju sekitar 10 persen ke arah hiperaktif. Kita sekarang punya bukti nyata bahwa campuran antara pewarna tertentu dengan pengawet benzoat memengaruhi tingkah laku anak-anak secara merugikan,” (Jim Stevenson, yang juga profesor psikologi di universitas Southampton).

Peringatan mengenai zat tambahan pada makanan serta akibatnya terhadap kesehatan anak-anak sudah disampaikan sejak tiga puluh tahun lalu, namun bukti konkret mengenai peringatan itu selalu dinyatakan masih kurang atau tidak ilmiah.

Para dokter di Amerika Serikat (AS), rata-rata memandang hiperaktivitas sebagai masalah kejiwaan (ADHD) dan memberi resep obat merk paten, ritalin. Mereka mengemukakan penggunaan obat kuat untuk memengaruhi pikiran adalah langkah berbahaya. Dalam penelitian terbaru itu, Campuran A berisi 45 mg sodium benzoat dan 20 mg pewarna makanan bernama sunset yellow (European food code E110), carmoisine (E122); tartrazine (E102); dan ponceau 4R (E124). Campuran B berisi 45 mg sodium benzoat dan 30 mg pewarna sunset yellow (E110); carmoisine (E122); quinoline yellow (E110) dan allura red AC (E129). Gula maupun pengganti gula tidak menjadi fokus dalam penelitian itu.
Eia, kebanyakan mengkonsumsi zat pengawet bisa mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit lho.

So, gimana cara menghindari penggunaan zat warna buatan dalam produk makanan ?

1. Setiap kali membeli produk makanan, baca jenis dan jumlah pewarna yang digunakan dalam produk tersebut.

2. Perhatikan label pada setiap kemasan produk. Pastikan di label itu tercantum izin dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) yang tertulis: “POM dan Nomor izin pendaftaran”. Atau jika produk tersebut hasil industri rumah tangga maka harus ada nomor pendaftarannya yang tertulis : “ P-IRT dan nomor izin pendaftaran”.

3. Untuk produk makanan yang tidak dikemas secara khusus, sebaiknya pilih makanan atau minuman yang warnanya tidak terlalu mencolok, karena kemungkinan warna tersebut berasal dari bahan pewarna bukan makanan (non food grade) seperti pewarna tekstil.

Sudah tau kan apa itu zat aditif makanan??? :-)

Penggunaan Glibenklamid dalam Terapi Diabetes Melitus Tipe II

Diabetes melitus ialah suatu keadaan yang timbul karena defisiensi insulin relatif maupun absolut. Insulin, suatu homon yang dihasilkan oleh pankreas, diperlukan untuk menguraikan gula darah dan mengubahnya menjadi energi. Apabila tubuh tidak mampu menghasilkan cukup insulin, akan terjadi peningkatan kadar gula darah.

Diabetes melitus tipe II adalah diabetes melitus yang tidak bergantung pada insulin (NIDDM: non- insulin-dependent diabetes mellitus) atau diabetes melitus onset dewasa. Diabetes melitus tipe II umumnya terjadi pada individu yang obesitas, berusia di atas 40 tahun dan kondisi akan terus memburuk sejalan dengan bertambahnya usia. Pada diabetes melitus tipe II, pasien masih dapat memproduksi insulin, namun relatif tidak mencukupi. Ciri-ciri utama diabetes melitus tipe II adalah kurang pekanya sel-sel reseptor tubuh terhadap insulin (sebagian berupa lemak dan sel-sel otot) jumlah produksi insulin yang berlebih ini adalah usaha untuk membuat sel-sel tersebut mendeteksi keberadaan insulin.

Sasaran Terapi
Sasaran terapi utama dalam pengobatan diabetes melitus adalah mengontrol kelebihan kadar gula darah namun tidak sampai kadar gula darah menjadi terlalu rendah.

Tujuan Terapi
Menghilangkan keluhan atau gejala (banyak minum/polidipsi, banyak kencing/poliuri, banyak makan/polifagi) diabetes melitus; mempertahankan rasa nyaman dan sehat; mencegah terjadinya komplikasi penyakit kronis; mencegah penyulit, baik makroangiopati (pembuluh darah jantung pada penyakit jantung koroner, pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak pada stroke), mikroangiopati (retinopati dan nefropati diabetik) maupun neuropati, dengan tujuan akhir menurunkan mortilitas diabetes melitus.

Strategi Terapi
pada diabetes tipe II adalah pengendalian berat badan, diet khusus, olah raga dan terapi obat.

Diet
Contoh diet khusus diabetes adalah mengkonsumsi karbohidrat seperti beras merah, sereal gandum dan buah kaya serat seperti apel, jeruk dan pisang (pastikan buah dikonsumsi hanya setelah makan). Anda bisa minta nasehat tentang pola diet dari ahli diet Anda.

Pengendalian berat badan dan olahraga
Pengendalian berat badan dan olahraga dapat meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin (tubuh dapat mempergunakan insulin yang ada), sekaligus membantu mengontrol kenaikan kadar gula darah

Terapi Obat
Terapi obat pilihan dalam artikel ini adalah Glibenklamid yang merupakan antidiabetik golongan kedua sulfonilurea. Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta pankreas. Glibenklamid memiliki durasi aksi yang panjang dan cukup diberikan sekali sehari.
Nama Dagang di Indonesia

1. Daonil ® dan Semi-Daonil® dari Sanofi Aventis
2. Glidanil® dari Mersifarma TM
3. Glimel® dari Merck
4. Gluconic® dari Nicholas
5. Glulo® dari Eisai
6. Glyamid® dari Alpharma
7. Latibet® dari Ifars
8. Libronil® dari Hexpharm
9. Prodiabet® dari Bernofarm
10. Prodiamel® dari Corsa
11. Renabetic® dari Fahrenheit
12. Tiabet® dari Tunggal Idaman Abdi
13. Troder® dari Tropica Mas Pharma

Indikasi
DM tipe II (NIDDM), dimana kadar gula darah tidak dapat dikendalikan secara adekuat dengan cara diet, latihan fisik, dan penurunan berat badan saja.

Kontraindikasi

DM tipe I, koma diabetikum, dekompensasi metabolik dibetik, kerusakan ginjal yang parah dan disfungsi hati.

Bentuk Sediaan

* Bentuk sediaan Daonil® dan Semi-Daonil® adalah tablet. Semi-Daonil® tablet 2,5 mg dan Daonil® tablet 5 mg.

Dosis awal 0,5-1 tablet Daonil ® atau 1-2 tablet Semi-Daonil ®, diberikan 1 kali sehari.

* Bentuk sediaan Glidanil® adalah tablet salut selaput 5 mg.

Dosis awal 0,5-1 tablet per hari. Dapat ditingkatkan tidak lebih dari 2,5 mg dengan interval 1 minggu sampai dengan total 20 mg per hari.

* Bentuk sediaan Glimel® adalah tablet 5 mg.

Dosis awal 2,5 mg 1 kali per hari waktu makan pagi. Dilanjutkan 2,5 mg per hari jika gula darah terkontrol dengan baik. Jika tidak, dosis dapat ditingkatkan dengan interval 7 hari sampai 5-10 mg per hari. Maksimal 15 mg per hari.

* Bentuk sediaan Gluconic® adalah tablet 5 mg.

Dosis awal 2,5-5 mg per hari sesudah makan pagi. Bila perlu tiap 7 hari dosis ditingkatkan secara bertahap 2,5-5 mg per hari sampai kontrol metabolit optimal tercapai. Maksimal 15 mg per hari dalam dosis terbagi. Usia lanjut, awal 2,5 mg per hari.

* Bentuk sediaan Glulo® adalah tablet 2,5 mg dan 5 mg.

Dosis dimulai 2,5-5 mg per hari. Maksimal 15 mg per hari.

* Bentuk sediaan Glyamid® adalah tablet 5 mg.

Dosis awal 5 mg per hari. Dosis dapat ditambah 2,5-5 mg dengan interval 1 minggu. Maksimal 15 mg per hari.

* Bentuk sediaan Latibet® adalah tablet 2,5 mg dan 5 mg.

Dosis awal 2,5-5 mg per hari. Lanjut usia, penderita gangguan hati atau ginjal, penderita yang sensitif, dosis awal 1,25 mg per hari. Dosis dapat ditingkatkan 2,5-5 mg per hari dengan interval 7 hari. Pemeliharaan 1,25-15 mg per hari. Maksimal 15 mg per hari.

* Bentuk sediaan Libronil® adalah kapsul 5 mg.

Dosis awal 2,5 mg per hari sebelum makan pagi. Dapat ditingkatkan 2,5 mg dengan interval tiap 3-5 hari sampai kadar glukosa darah terkontrol. Maksimal 20 mg per hari. Dosis lebih dari 10 mg per hari dapat dibagi dalam 2 kali pemberian.

* Bentuk sediaan Prodiabet® adalah tablet 5 mg.

Dosis awal 2,5 mg per hari pada interval 3-5 hari sampai kontrol metabolik dicapai.

* Bentuk sediaan Prodiamel® adalah tablet 5 mg.

Dosis awal 2,5-5 mg per hari sat sarapan, ditingkatkan 2,5 mg per minggu, maksimal 20 mg per hari. Pasien yang sensitif 1,25 mg per hari. Pemberian dosis lebih dari 10 mg per hari dibagi menjadi 2.

* Bentuk sediaan Renabetic® adalah tablet 5 mg.

Dosis dewasa 0,5 tablet per hari. Dosis dapat ditingkatkan 0,5 tablet per hari setiap kalinya dengan interval 3-5 hari sampai dengan kontrol metabolik tercapai. Dosis maksimal 20 mg per hari. Usia lanjut, kerusakan fungsi ginjal dan hati, dosis awal 1,25 mg per hari. Dosis lebih dari 10 mg per hari, sebaiknya diberikan dalam dosis terbagi.

* Bentuk sediaan Tiabet® adalah tablet 5 mg.

Dosis 2,5-5 mg per hari.

* Bentuk sediaan Troder® adalah tablet 5 mg.

Dosis awal 2,5-5 mg per hari, ditingkatkan menjadi 2,5 mg dengan interval 3-5 hari sampai tercapai kontrol metabolik.

Efek Samping

Gangguan saluraan pencernaan, reaksi hipersensitif, diskrasia darah.

Resiko Khusus

Sensitivitas silang dengan sulfonamid dan derivatnya. Pada ibu hamil bisa menyebabkan hipoglikemia bayi.

Pustaka

Anonim, 2006, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, edisi 6, Info Master, Indonesia.
Neal, M.J, 2006, At Glance Farmakologi Medis, ed.5, Penerrbit Erlangga: Jakarta.

folic acid n Pregnancy

Asam folat merupakan salah satu jenis vitamin B yang larut dalam air. Kekurangan Asam folat kurang dari 0,24 mg/hari pada kehamilan < 28 minggu akan meningkatkan risiko cacat pada janin, persalinan prematur, serta berat bayi lahir rendah. Defisiensi asam folat juga mengganggu pertumbuhan sistem saraf pusat, jika terjadi gangguan pada hari ke-16 pasca fertilisasi akan berdampak pada pembentukan kepala yang terjadi pada hari ke-22 hingga 26 sehingga bisa terjadi encephali bayi tanpa tempurung kepala dan otak. Hal tersebut juga bisa berdampak pada gangguan pembentukan tulang belakang sehingga janin bisa menderita spina bifida. Bagi ibu-ibu yang pernah melahirkan bayi dengan kelainan saraf pusat dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat dengan dosis 4 mg/hari mulai 1 bulan sebelum hamil sampai dengan usia hamil 3 bulan.

Rekomendasi yang dianjurkan CDC tahun 1992 terbagi dalam dosis profilaksis 0,4 mg / hari untuk wanita usia reproduksi serta dosis 4 mg / hari mulai 1 bulan sebelum rencana kehamilan sampai dengan trimester 1, untuk wanita dengan risiko terjadinya kecacatan syaraf janin. Tapi, ternyata muncul efek samping yang diduga terkait dengan terlalu tingginya konsumsi folat yang disertakan pada berbagai jenis makanan dan suplemen.

Tim peneliti dari Universitas Tufts, Boston, menyebutkan bahwa asupan folat dosis tinggi terkait dengan anemia dan gangguan kognitif. Lebih baik mengkonsumsi folat dari sumber alami. Sayuran berdaun hijau seperti bayam dan lobak, juga pada berbagai buah seperti jeruk, alpukat, dan tomat, amat kaya akan folat, namun dalam makanan ini keadaan bahan asam folat yaitu poliglutamat, bersifat tidak stabil. Sehingga disarankan untuk ibu hamil untuk mengonsumsi suplemen asam folat, karena dalam suplemen ia berbentuk monoglutamat yang lebih stabil. Konsumsi bahan alami-sebanyak apa pun tetap aman karena kandungan folat di dalam makanan tidak akan melampaui batas maksimal asupan harian. Selama hamil, kebutuhan asam folat bisa sampai dua kali lipat, yakni sekitar 400–800 mg per hari, dan 500 mikrogram bagi ibu menyusui. Bahkan, zat ini sudah harus dicukupi sebelum si ibu hamil. Menunda pemberian asam folat membuat janin berisiko mengalami cacat bawaan.

Beberapa macam bentuk sediaan obat tetes



1. Obat Tetes Mata ( OTM )
Membutuhkan data yang sama seperti obat suntik.
OTM merupakan sediaan cair yang diteteskan kedalam mata dengan bahan pembawa air, minyak dalam bentuk larutan atau suspensinya di dalam air atau di dalam minyak.
Merupakan sediaan yang membutuhkan penambahan bahan pengawet seperti fenil merkuri nitrat atau fenil merkuri asetat ( 0,002% ), Benzalkonium klorida ( 0,01%), dll.
Benzalkonium klorida kurang cocok digunakan sebagai bahan pengawet obat tetes mata yang mengandung anestesi lokal. Isotonis dan isohidris bukan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi.

2.Obat Tetes Hidung
Berupa larutan dengan pembawa air dari zat aktif berikut : antiseptik, analgetik, dan vasokontriktor.
Bahan pembawa minyak sudah lama ditinggalkan karena minyak mampu menghambat gerakan silia pada mukosa hidung dan mampu mencapai trakea menimbulkan pneumonia lipoid.
Gerakan silia tidak dipengaruhi jika diberikan larutan isotonis NaCl atau larutan lainnya yang dibuat isotonis dengan penambahan NaCl. Begitu pula jika pH larutan mendekati netral dan viskositas larutannya sama dengan viskositas mukus hidung. Larutan dengan pH tinggi dapat menyebabkan rusaknya silia karena kemampuan mendaparnya yang rendah.

3.Obat Tetes Telinga
Berupa larutan atau suspensi dalam bahan pembawa air, gliserol, alkohol encer, propilen glikol, atau pelarut lainnya yang cocok, yang digunakan dengan meneteskannya ke dalam telinga.
Zat aktif yang sering diberikan dalam bentuk obat tetes telinga adalah kloramfenikol untuk membasmi infeksi jamur, sedangkan untuk infeksi yang akut disarankan menggunakan antibiotik dengan efek sistemik. Hidrogen peroksida atau natrium bikarbonat untuk melunakkan tahi telinga. Spiritus untuk membersihkan telinga setelah terkena infeksi. Astringen seperti Aluminium asetat untuk mengeringkan telinga yang mengeluarkan cairan dan Fenol sebagai antiseptik.

flu babi???????

Berita yg marak saat ini adalah menyebarnya virus flu babi...,bahkan negara kita turut waspada untuk pencegahan virus ini.

Indonesia dan negara-negara dunia lainnya berupaya keras mencegah penyebaran virus ini supaya tdk makin meluas..,slh satunya dengan cr meningkatkan/mmperbanyak stock obat yg mampu melawan sumber penyebab, yaitu TAMIFLU

Tamiflu merupakan obat yg diproduksi oleh Roche Inc. USA.Obat ini termasuk golongan obat neuraminidase inhibitor, dimana mekanisme kerja obat ini dgn menyerang virus flu & menghentikan penyebaran virus di dlm tubuh.

Obat ini diresepkan untuk pasien usia 1 tahun keatas dan yg tlh mengalami flu selama 2 hari. Efek samping dari obat ini mual, muntah, bronkitis, insomnia, vertigo (efek ini jrg terjadi pd pasien yg mengkonsumsi obat ini).

Apa seh Leptospirosis itu????

Leptospirosis adalah sekelompok infeksi yang terdiri dari Sindroma Weil, Jaundice Spiroketal (sakit kuning) dan Demam Kanikola.

PENYEBAB
Bakteri Leptospira.

Leptospirosis terjadi pada banyak binatang buas. Beberapa binatang bertindak sebagai pembawa dan mengeluarkan bakteri dalam air kemihnya (air kencing tikus), sedangkan yang lainnya bisa menjadi sakit dan mati. Manusia mendapatkan infeksi ini melalui kontak dengan binatang atau air kemihnya.

Meskipun leptospirosis merupakan penyakit karena pekerjaan pada petani, pekerja di tempat pemotongan hewan dan pekerja selokan (comberan), tetapi banyak orang-orang yang terinfeksi karena kegiatan tertentu seperti berenang di air yang terkontaminasi.

GEJALA
Gejala-gejala biasanya timbul dalam waktu 2-20 hari setelah terinfeksi bakteri.
Biasanya penyakit dimulai secara tiba-tiba denagn adanya demam, sakit kepala, nyeri otot hebat dan menggigil.

Gejala paru-paru (batuk darah) terjadi pada 10-15% penderita.
Episode demam dan menggigil, yang sering mencapai 38,9?Celsius berlangsung selama 4-9 hari.
Konjungtivitis (infeksi selaput bola mata dan kelopak mata) muncul pada hari ketiga atau keempat.

Demam akan menghilang selama beberapa hari, tetapi akan muncul lagi bersama-sama dengan gejala lainnya pada hari ke-6 atau ke-12.
Pada saat ini, biasanya terjadi peradangan selaput otak (meningitis), menyebabkan kaku kuduk, sakit kepala dan kadang-kadang penurunan kesadaran (stupor atau koma). Gejala-gejala ini bukan sebagai akibat dari infeksi pada selaput otak, tetapi merupakan akibat dari peradangan yang disebabkan oleh efek racun pada tubuh yang mencoba menghancurkan bakteri.

Seorang wanita hamil yang terinfeksi leptospirosis bisa mengalami keguguran.


Sindroma Weil

Merupakan bentuk yang lebih berat dari leptospirosis yang menyebabkan demam yang terus menerus, penurunan kesadaran dan berkurangnya kemampuan darah untuk membeku sehingga terjadi perdarahan dalam jaringan.
Gejala awal dari sindroma Weil lebih ringan dari leptospirosis.

Pemeriksaan darah menunjukkan adanya ,I>anemia.
Pada kari ke-3 sampai hari ke-6, muncul tanda-tanda kerusakan ginjal dan hati. Penderita akan merasakan sakit saat berkemih atau air kemihnya berdarah. Kerusakan hati biasanya ringan dan akan sembuh total.

Penderita yang tidak mengalami sakit kuning biasanya akan sembuh.
Sakit kuning menunjukkan adanya gangguan hati dan akan meningkatkan resiko kematian sampai 10% pada penderita diatas 60 tahun.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan dengan ditemukannya bakteri pada biakan darah, air kemih atau cairan serebrospinal; atau dengan ditemukannya antibodi terhadap bakteri di dalam darah.

PENGOBATAN
Bila terjadi wabah, bisa diberikan antibiotik doksisiklin untuk pencegahan.
Untuk mengobati penyakitnya, diberikan penisilin, ampisilin atau antibiotik lainnya yang serupa. Pada kasus yang berat antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).

PENCEGAHAN
Penderita tidak perlu diisolasi, tetapi harus berhati-hati pada saat menangani dan membuang air kemihnya.